SisiIslam.com – Perubahan iklim disebabkan oleh kelalaian manusia.
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menilai dampak perubahan cuaca seperti pemanasan global tak lepas dari interaksi manusia yang melanggar hukum dengan alam.
“Dampak negatif terjadinya perubahan pada cuaca, seperti pemanasan global, tidak lepas dari ulah manusia sendiri yang lalai dalam berinteraksi dengan alam atau lingkungan,” kata Wapres saat Kongres Muslim untuk Indonesia Abadi, Jumat.
Wapres mengatakan, lingkungan dan perubahan iklim telah menjadi isu penting dalam lingkup lokal, nasional, maupun global. Oleh karena itu, setiap orang dituntut untuk berpartisipasi dalam upaya mengatasi dampak perubahan iklim.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Dikatakannya, kerusakan lingkungan bisa dilihat di mana saja dan di mana saja, dengan dampak yang nyata, dari lingkup lokal hingga global.
Kerusakan lingkungan juga semakin parah dengan meningkatnya kejadian bencana hidrometeorologi, seperti banjir, tanah longsor, dan kekeringan.
“Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana pada tahun 2021 menunjukkan bahwa 99,5 persen bencana di Indonesia bersifat hidrometeorologis,” ujarnya.
Wapres menyoroti komitmen Indonesia dan negara-negara lain untuk mengejar upaya pengurangan emisi karbon melalui Roadmap Nationally Determined Contribution (NDC) 2019 dan strategi jangka panjang terkait pembangunan rendah karbon yang berorientasi pada keberlanjutan iklim tahun 2050.
“Indonesia yang menjabat sebagai presiden G20 pada 2022 juga mengangkat isu berubahnya ciklim, dengan penekanan pada skala ketahanan iklim usaha, pengurangan emisi karbon, dan teknologi hijau,” ujarnya.
Namun, Wapres menilai, pemerintah tidak bisa sendirian menangani perubahan cuaca.
“Pelibatan lebih banyak pemangku kepentingan, termasuk akademisi, pelaku bisnis, media massa, dan masyarakat, khususnya umat Islam, dirasa perlu untuk bekerja secara kolaboratif, sehingga fenomena perubahan iklim dapat diantisipasi dengan baik,” tegasnya.
Apa yang disampaikan Wapres Ma’ruf Amin sejalan dengan Firman Allah:
Artinya, “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut karena perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (dampak) perbuatan mereka. Semoga mereka kembali (ke jalan yang benar).” (Surat Ar-Rum ayat 41).
Adapun sahabat Abu Bakar As-Shiddiq menafsirkan kerusakan di darat dan di laut sebagai kerusakan ucapan dan dan qalbu manusia. Kerusakan lisan dan qalbu melalui kemungkaran-kemungkaran itu diratapi manusia dan malaikat.
Artinya, “Sayyidina Abu Bakar RA menafsirkan ayat ini bahwa ‘darat’ adalah lisan dan laut adalah qalbu. Jika lisan telah rusak dengan caci maki misalnya, maka jiwa-jiwa anak Adam menangis. Jika qalbu telah rusak sebab riya misalnya, maka malaikat menangis,” (Lihat Syekh M Nawawi Banten, Nasha’ihul Ibad, [Indonesia, Daru Ihya’il Kutubil Arabiyyah: tanpa tahun], halaman 6).
Sisi Islam – Berita dan Gaya Hidup Muslim tentang: Perubahan iklim disebabkan oleh kelalaian manusia.