SisiIslam.Com – Muslim sangat ditampilkan secara negatif di media Barat, menurut ilmuwan politik AS. Dan Islamofobia sering dikipasi oleh media arus utama.
Muslim banyak ditafsirkan dengan cara minus di media Amerika serta Barat, 2 akademikus politik sudah menciptakan lewat analisa ratusan ribu postingan.
Dalam suatu informasi yang diterbitkan oleh outlet Associated Press( AP) The Conversation, Erik Bleich serta A. Maurits van der Veen, akademikus politik serta guru besar di universitas Middlebury serta William& Mary, melaporkan penemuan mereka kalau outlet media serta badan di Barat bumi, paling utama di AS, sudah menulis minus mengenai Muslim paling tidak sepanjang 26 tahun terakhir.
Sehabis mengunduh 256. 963 postingan yang mengatakan Muslim ataupun Islam– lewat dasar informasi media terkenal semacam LexisNexis, Nexis Uni, ProQuest, serta Factiva– sembari memakai sebutan pendek” postingan Muslim”, kedua guru besar itu sanggup meningkatkan tata cara yang bisa diharapkan buat mengukur narasi- narasi itu. positif ataupun minus dengan membandingkannya dengan ilustrasi random 48. 283 postingan lain mengenai poin biasa yang berlainan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Apa yang mereka temui dari hasil nyaris 257. 000 postingan– yang berasal dari 17 surat kabar nasional, regional, serta tabloid di AS dari 1 Januari 1996 sampai 31 Desember 2016– pada umumnya mengatakan Muslim ataupun Islam di US lebih minus dari 84 persen postingan dari ilustrasi random postingan lain.
Itu berarti, pada dasarnya, buat tiap satu postingan yang melukiskan Muslim ataupun Islam dengan cara minus di surat kabar Amerika, seorang wajib membaca 6 postingan dengan poin lain buat menciptakan satu postingan yang serupa negatifnya.
Amatan ini pula mengakulasi postingan surat kabar AS hal golongan agama minoritas yang lain, ialah Kristen, Ibrani, serta Hindu. Para guru besar menerangkan kalau postingan mengenai Muslim dengan cara penting lebih bisa jadi minus dari postingan mengenai 3 golongan agama yang lain, yang mempunyai nisbah 50- 50 narasi positif serta minus. Selaku analogi, ditemui kalau 80 persen dari seluruh postingan yang berkaitan dengan Muslim merupakan minus.
Deskripsi minus kerap dicoba dengan cara tidak langsung serta lembut, memakai perkata berkonotasi mengerikan dalam perkataan yang serupa dengan Muslim ataupun Islam. Informasi itu membagikan ilustrasi perkataan:” Orang Rusia itu terbuat yakin oleh agen yang berkedok kalau materi radioaktif hendak dikirim ke badan Muslim.” Perkata” berkedok” serta” radioaktif” merupakan perkata dengan konotasi minus, membuat pembaca dengan cara tidak siuman mengasosiasikannya dengan” badan Muslim”.
Tetapi, bukan cuma surat kabar serta postingan di AS yang dibanding serta dianalisis, namun riset ini pula menganalisa berita Muslim di surat kabar yang berplatform di Inggris, Kanada, serta Australia lewat 528. 444 postingan pada rentang waktu yang serupa. Ditemui kalau nisbah postingan minus kepada postingan positif di negara- negara itu nyaris serupa benar dengan yang terdapat di surat kabar Amerika.
Informasi oleh Bleich serta van der Veen melaporkan kalau” Perbandingan itu mencolok. Profesi kita membuktikan kalau media tidak rentan buat menerbitkan narasi minus kala mereka menulis mengenai agama minoritas yang lain, namun mereka amat bisa jadi melaksanakannya kala mereka menulis mengenai Muslim.”
Mereka menekankan kalau” membenarkan serta menanggulangi negativitas sistemik dalam berita media mengenai Muslim serta Islam amat berarti buat melawan stigmatisasi yang menyebar. Ini, pada gilirannya, bisa menghasilkan kesempatan buat kebijaksanaan yang lebih kemanusiaan yang seimbang untuk seluruh orang tanpa memandang agama mereka.”
Informasi para akademikus politik ini ialah cuplikan dari novel mereka yang diterbitkan tahun ini– Mencakup Muslim: Surat Kabar Amerika dalam Perspektif Analogi– yang bermuatan buatan komplit mereka mengenai poin serta totalitas riset.
Islamofobia kerap dikipasi oleh media arus utama
Tasnim Nazeer, seseorang kolumnis di halaman middleeastmonitor berkata, Aku sempat diberitahu oleh seorang yang aku jaringan dengan itu,” Kamu betul- betul tidak mempunyai bentuk yang pas dengan kerudung Kamu.” Orang itu terletak dalam posisi daulat dalam media arus utama Inggris. Aku bukan perempuan Muslim awal yang diberitahu perihal ini, aku pula bukan salah satunya yang didiskriminasi sebab melaksanakan agama aku. Sesungguhnya, aku ketahui banyak Muslim yang mengalami Islamofobia, bagus yang bertugas di media arus utama ataupun sudah meninggalkan pabrik sebab merasa tidak sanggup buat maju.
Sehabis berdialog mengenai tantangan aku sendiri dalam pabrik ini, banyak Muslim serta orang kulit bercorak yang lain sudah memberi pengalaman mereka sendiri mengenai rasisme, Islamofobia, serta kesempatan yang tidak sebanding. Oleh sebab itu, tidak membingungkan untuk aku kala aku membaca penemuan informasi terkini Center for Media Monitoring mengenai” Berita Media Inggris mengenai Muslim serta Islam( 2018- 2020)”. Informasi tengara menganalisa lebih dari 48. 000artikel serta 5. 500 penjepit pancaran yang mengatakan kalau” lebih dari 60 persen postingan media online serta 47 persen penjepit tv menyangkutkan Muslim serta atau ataupun Islam dengan pandangan ataupun sikap minus”. Dengan sedemikian itu banyak perihal minus dalam pers arus utama, tidak membingungkan bila banyak wartawan Muslim serta handal media mengalami tantangan serta kerap ditekan buat melantamkan dendam yang mereka hadapi.
Perumpamaan Islamofobia, judul dramatis serta kopian antagonis cumalah sebagian masalah yang digarisbawahi oleh informasi di banyak outlet pers Inggris yang sudah menerbitkan serta memberi tahu narasi yang mengaitkan Muslim ataupun Islam. Terdapat banyak ilustrasi yang dapat aku ingat sendiri, semacam headline Sun yang dramatis serta menyesatkan kalau” 1 dari 5 Muslim Inggris” mengasihani dengan Jihadis; judul utama Daily Star berkata kalau” BBC menaruh Muslim di atas Kamu”; serta kolom Trevor Phillips yang diambil dalam informasi itu berkata kalau” Muslim merupakan bangsa di dalam bangsa”. Terdapat banyak lagi ilustrasi di mana pemeluk Islam sudah difitnah serta jadi target oleh informasi utama, postingan, serta pancaran yang menyesatkan.
Yang sangat memasygulkan untuk aku, selaku seseorang wartawan, merupakan kalau perkata” Islam” serta” Muslim” sudah dipakai buat melukiskan para pelakon kelakuan teroris kala mereka apalagi tidak menjajaki anutan Islam dengan melaksanakan kesalahan itu. Kita tidak sempat mengikuti agama lain disalahgunakan buat melukiskan seorang yang sudah melaksanakan kesalahan, serta memanglah begitu. Kenapa pendekatan yang serupa tidak bisa diserahkan pada pemeluk Islam? Bila badan media lalu menafsirkan Islam serta Muslim dengan retorika minus, itu cuma hendak tingkatkan tingkatan dendam serta kekhawatiran yang telah terdapat dalam warga kita.
Tidak keliru, tidak tiap institusi media Inggris mempunyai masalah dengan Islamofobia di ruang redaksinya. Aku sudah bertugas buat banyak media di zona pemancaran, cap serta online, serta sebagian cuma melalaikan klaim kalau masalah terdapat kala isu- isu Islamofobia diisyarati.
Pangkal perkaranya terdapat pada kenyataan kalau Islamofobia kerap dikibarkan oleh mereka yang mendiami posisi tua di media; mereka yang mempunyai ketetapan akhir atas apa yang jadi informasi utama. Tidak hanya itu, Muslim yang aku membujuk ucapan di media berkata pada aku kalau pendapat Islamofobia yang mereka hadapi mengarah berawal dari banyak orang yang mempunyai daulat. Ini merupakan salah satu alibi kenapa butuh terdapat representasi yang lebih bagus dari banyak orang dari seluruh susunan warga, tercantum Muslim, orang kulit bercorak serta mereka dari kerangka balik yang kurang terwakili yang lain, di posisi tua di media. Ini hendak menolong pers Inggris mempunyai perspektif yang beraneka ragam dari mereka yang mempunyai pengalaman langsung yang bisa membuat narasi dengan cara seimbang serta cermat.
Institusi media di Inggris wajib mengutip tanggung jawab khusus atas apa yang mereka publikasikan terpaut hasutan dendam kepada Muslim. Muslim Inggris merupakan banyak orang yang wajib menanggung bobot titik berat minus dalam tiap pandangan kehidupan mereka serta dalam warga yang lebih besar. Islamofobia pengaruhi pemeluk Islam dalam profesi, di jalanan, melayani warga serta dalam perihal bisa mengamalkan kepercayaan mereka dengan cara terbuka sembari merasa nyaman kala melaksanakannya. Aku sudah berdialog dengan perempuan Muslim yang nyaris tidak meninggalkan rumah mereka sebab kejadian semacam kerudung mereka dilepas ataupun mengalami pelecehan lisan dikala pergi dengan keluarga mereka; ini serupa sekali tidak bisa diperoleh. Beberapa besar orang yang sempat hadapi pelecehan Islamofobia, tercantum aku sendiri, yakin kalau media mempunyai kedudukan dalam melestarikannya. Informasi Center for Media Monitoring ini mensupport agama sejenis itu.
Dengan begitu diharapkan informasi yang menarangkan sepanjang mana Islamofobia di media Inggris pula bisa dipakai selaku bujukan berperan untuk media Inggris buat kesimpulannya mencermati. Bila pergantian penting tidak dicoba, Islamofobia hendak lalu bercokol.
Sisi Islam – Berita dan Gaya Hidup Muslim tentang: Muslim sangat ditampilkan secara negatif di media Barat, menurut ilmuwan politik AS. Dan Islamofobia sering dikipasi oleh media arus utama.