Pelajaran yang Dipetik oleh Seorang Musafir Muslim

Gambar Gravatar
oleh 1260 Dilihat
Pelajaran yang Dipetik oleh Seorang Musafir Muslim - Sisi Islam
Pelajaran yang Dipetik oleh Seorang Musafir Muslim [ilustrasi]

SisiIslam.comPelajaran yang Dipetik oleh Seorang Musafir Muslim oleh situs Berita dan Gaya Hidup Muslim, SISI ISLAM melalui kanal Travel.

“Hai manusia! Sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku, supaya kamu saling kenal-mengenal…” (Quran 49:13)

Saya berasal dari Aljazair, saya menempuh pendidikan di berbagai kota yang sangat berbeda, termasuk New York City (AS), Quebec City (Kanada), dan Osaka (Jepang). Karena haus akan ilmu pengetahuan, saya memulai studi pascasarjana untuk menjelajahi dunia yang belum dikenal dan sifat manusia. Pengalaman hidup dan pendidikan ini memberi saya kesempatan untuk mempelajari berbagai aspek ilmu pengetahuan alam dengan melakukan eksperimen di laboratorium, serta untuk lebih mendalami beragam sisi sifat manusia dengan berinteraksi dengan budaya, agama, dan latar belakang sosial yang berbeda. Dengan komitmen terhadap warisan Muslim saya, tantangan terbesar saya adalah untuk mencari pemahaman tentang perbedaan tanpa harus mengadopsinya. Seolah-olah saya sedang mencari sesuatu yang dalam di dalam diri saya, dengan polosnya saya melepaskan sandal budaya saya untuk merasakan hangat dan dinginnya sifat manusia. Oleh karena itu, rasa ingin tahu saya mendorong saya untuk menyeberangi batas-batas guna menjelajahi praktik budaya dan agama secara mendalam.

Awalnya, saya melihat banyak kesamaan di antara manusia, karena kita sering mengalami emosi atas alasan yang sama. Salah satu kenangan terbaik saya adalah ketika beberapa teman saya dari budaya yang berbeda menemukan cinta dan memulai pernikahan lintas budaya. Selain itu, meskipun praktik dan konvensi mungkin berbeda, motivasi dan kebutuhan mendasar yang menyatukan manusia tetap sama. Misalnya, beberapa budaya menggunakan piring untuk makan, sementara yang lain menggunakan tangan atau sumpit, tetapi semua orang makan untuk keberlangsungan hidup. Demikian pula, kebutuhan untuk berkomunikasi dan mengungkapkan perasaan manusia melibatkan penggunaan banyak bahasa dan dialek. Praktik-praktik keagamaan juga bervariasi luas, yang saya perhatikan secara detail dari kunjungan ke gereja di New York City dan Quebec, serta kuil-kuil suci di Jepang, dan mengamati praktik keagamaan di tempat-tempat istimewa tersebut.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

Baca Juga:  Tips Islami untuk Wisatawan

Pada akhir perjalanan saya, dengan pikiran penuh pengalaman yang begitu menarik, saya kembali ke Aljazair untuk istirahat, merenung, dan mempertimbangkan masa depan saya. Selama beberapa bulan pertama di kampung halaman saya, saya menyadari bahwa perendaman dalam budaya yang berbeda telah menyebabkan perubahan dalam diri saya dan cara berpikir saya. Karena saya memiliki kesempatan untuk menemukan diri saya melalui orang lain, saya mulai melihat manusia sebagai pohon dengan akar tunggal, dan setiap cabangnya menawarkan jenis buah yang berbeda. Sebagai konsekuensinya, saya merasa lebih tergerak oleh dunia yang tidak terlihat daripada aspek budaya dan fisik dari keberadaan kita. Selain itu, karena saya telah melakukan penelitian selama bertahun-tahun dalam berbagai jenis bidang ilmu pengetahuan dan menggunakan berbagai teori untuk menginterpretasi data dari eksperimen saya, saya menyadari bahwa jika model matematika yang digunakan dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan terlihat berbeda dalam aplikasinya, mereka memiliki konsep mendasar yang serupa. Saya sampai pada kesimpulan bahwa prinsip-prinsip ilmiah ini bisa menjadi bagian dari ilmu pengetahuan ilahi yang diberlakukan oleh Allah (SWT) pada seluruh alam semesta.

Demi menjelajahi dampak pengalaman perjalanan saya terhadap iman saya, saya memutuskan untuk mendalamkan pengetahuan saya tentang Islam dengan mendengarkan secara harian sumber-sumber seperti “Tafseer Al Quran” (penjelasan Quran) dan “Asma Allah Al Husna” (Nama-nama Allah yang Indah) oleh Dr. Mohammed Rateb al-Nabulsi. Pesan-pesan yang terkandung di dalamnya selaras dengan pelajaran yang saya pelajari dari pengalaman perjalanan saya. Secara khusus, penjelasan yang sangat bermanfaat dan jelas yang diberikan oleh Dr. Nabulsi tentang pentingnya pertama-tama mengenal Allah (SWT), melalui ciptaan-Nya dan tanda-tanda-Nya di alam semesta agar kita beribadah kepada-Nya, sesuai yang seharusnya. Dalam pandangan ini, sebagian besar umat Islam tahu dan mempraktikkan lima pilar Islam. Namun, seperti struktur apa pun, kelima pilar ini harus memiliki dasar. Menurut interpretasi pribadi saya, dasar ini seperti jiwa Islam yang membuat iman kita kepada Allah (SWT) menjadi kuat. Kelima pilar Islam adalah bagian-bagian tubuh yang harus kita kenal agar bisa mempraktikkan iman kita dengan cinta dan rasa syukur. Terutama, tiga elemen paling penting dari dasar Islam adalah:

  1. Al-Eaql (Kebijaksanaan)“Dia memberi hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya; dan barangsiapa yang diberi hikmah, maka sungguh ia telah diberi kebajikan yang banyak. Dan tidaklah akan mengambil pelajaran melainkan orang-orang yang berakal” (Quran 2:269)
Baca Juga:  Pelajaran dari Hijrah Nabi Muhammad SAW

Ini adalah harta yang paling indah dari Allah (SWT) kepada umat manusia untuk membimbing kita menuju pencarian Kebenaran. Quran telah menempatkan kepentingan besar pada penggunaan kebijaksanaan dalam semua tema, termasuk mendapatkan kesadaran tentang keberadaan Allah (SWT), mengetahui yang baik dari yang jahat, membedakan antara kebenaran dan kebohongan, mengetahui perbedaan antara kebebasan dan dominasi, mengikuti moral dan meninggalkan yang tidak bermoral, dan akhirnya menemukan tujuan dalam hidup.

  1. Al-Fitrah (Kebaikan)“Maka hadapkanlah wajahmu kepada agama dengan lurus. Itulah fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu…” (Quran 30:30)

Kebaikan dapat diartikan sebagai Quran yang diwariskan melalui DNA dan tertanam dalam setiap manusia sejak lahir. Merujuk pada konsep ini, temuan-temuan penelitian baru di bidang biologi manusia menunjukkan bahwa kita mungkin lahir untuk bersifat sosial dan memiliki dorongan untuk membantu. Berdasarkan pengalaman perjalanan saya, saya bertemu dengan orang-orang baik dan orang-orang jahat di mana-mana. Ini mengilustrasikan bahwa kebaikan tidak tergantung pada latar belakang budaya atau agama tertentu.

  1. Al-Tawheed (Hukum Keesaan Ilahi)“Allah tidak mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni dosa yang lebih kecil daripada syirik bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang mempersekutukan Allah, maka sesungguhnya ia telah berbuat dosa besar” (Quran 4:48)

Al-Tawheed mengacu pada ketiadaan kebetulan, dan bahwa jalan hidup kita tidak terjadi secara kebetulan. Ini adalah jaminan bahwa seluruh kehidupan kita bergantung pada hubungan kita dengan Allah (SWT) semata. Dia menciptakan kita dengan lima indera untuk mengalami dunia di sekitar kita dan menemukan tanda-tanda-Nya. Sesungguhnya, alam semesta adalah seperti Quran yang diam, dengan begitu banyak tanda yang menunjukkan keberadaan dan Nama-nama Allah (SWT) yang Indah. Misalnya, mengetahui bahwa ada bintang-bintang miliaran tahun cahaya dari bumi dengan jelas adalah tanda untuk memuliakan-Nya dengan Nama Indah-Nya “Yang Agung”. Melihat senyum indah seorang ibu yang menggendong bayinya adalah tanda Cinta Allah (SWT) untuk semua manusia dengan Nama Indah-Nya “Yang Mencintai”. Mendengarkan suara ombak yang memecah di pantai mengingatkan kita pada Nama Indah-Nya “Yang Kuat”. Suhu ekstrem musim dingin yang dingin atau musim panas yang panas bisa menjadi tanda untuk takut akan siksa neraka dan Nama Indah-Nya “Yang Menentukan Perhitungan”. Akhirnya, keindahan alam pada musim semi bisa menjadi tanda keagungan Surga dan Nama Indah-Nya “Yang Mulia”.

Baca Juga:  Panduan Mengungkap Warisan Islam Eropa di Musim Gugur Ini

Sebagai kesimpulan, pengetahuan dan pandangan saya saat ini telah membawa saya pada kesimpulan bahwa spiritualitas diperlukan dalam Islam agar kita dapat merasakan bahwa Allah (SWT) mengatur segala sesuatu di balik panggung dunia material yang terlihat. Bagi saya, sekarang saya menyadari bahwa Tangan tersembunyi Allah (SWT) telah membimbing saya melalui setiap peristiwa dalam hidup saya, baik yang positif maupun yang negatif. Kadang-kadang ini telah menciptakan peluang yang bermanfaat dalam hidup saya, dan juga mengalihkan saya dari situasi atau pilihan yang berpotensi berbahaya.

Demikian artikel seputar traveling tentang Pelajaran yang Dipetik oleh Seorang Musafir Muslim oleh situs Berita dan Gaya Hidup Muslim, SISI ISLAM melalui kanal Travel.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *