SisiIslam.com – BeYOUtiful: Membantu gadis- gadis merasa percaya diri di dunia airbrush.
Novel terkini Shelina Janmohamed mempelajari akibat alat sosial pada kaum muda, dan bermacam tantangan yang dirasakan orang berusia muda dalam kehidupan
Sisa cedera, perona rambut, melanin- itu bukan tutur kunci lazim di dekat dialog mengenai kecantikan, ataupun yang umumnya ditemui dalam buku- buku yang bermaksud membantu gadis- gadis muda merasa lebih percaya diri dalam durasi penapis serta selfie airbrush. Tetapi bisa jadi seperti itu kenapa pengarang serta administrator periklanan Inggris Shelina Janmohamed, novel BeYOUtiful sudah menarik banyak berita alat nasional di bulan awal penerbitannya.
“ Aku mau membuat obrolan mengenai kecantikan yang tidak merasa pantas, ataupun berat, yang pula di mana aku menciptakan banyak obrolan mengenai harga diri serta keyakinan diri, mengarah jatuh,” bunda dari 2 anak wanita, berumur 11 serta 7 tahun, berkata pada Middle Mata Timur.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO RESUME CONTENT
Ia meningkatkan kalau ia kerap mengantarkan ilham melampaui gadis- gadisnya sepanjang menulis novel.“ Mereka hendak membacakan bagian- bagian khusus, mengujinya, mempertimbangkan poin- poin berarti yang mau aku sampaikan. Apa yang aku temui dalam diri aku menulis merupakan suatu yang berupaya membuat nilai sungguh- sungguh, namun dengan metode yang tidak menyangka kita sangat sungguh- sungguh.”
Produk kesimpulannya merupakan hardcover berfoto 67 laman yang dengan cara visual mencolok sekalian bijak, dan lucu, pintar, serta evokatif.
BeYOUtiful: Menguatkan suara wanita
Inspirasinya merupakan gadis- gadisnya, Hana serta Kepercayaan, tutur Janmohamed, serta pendapat yang terbuat Hana yang dikala itu berumur 5 tahun pada sesuatu hari buatnya berleha- leha.
“ Aku ingat aku hendak memandang ke kaca serta berkata keadaan yang tidak bisa dibilang seseorang bunda di depan putrinya, ialah Aku tidak cantik… serta aku hendak mempersoalkan performa aku. Ia menatapku dengan amat sungguh- sungguh serta mengatakan: Bunda, kalian menawan, kalian sepatutnya tidak berkata itu.”
” Perasaan besar hati itu, kalau saya sudah membesarkan wanita ini dengan bagus buat menaati prinsip- prinsip feminisnya serta menyuruhku berangkat., berbaur dengan kebingungan mengenai apa yang hendak terjalin dikala ia berkembang berusia serta jadi jauh lebih terbuka pada buah pikiran mengenai semacam apa sepatutnya seseorang perempuan serta semacam apa tempatnya.”
Menguatkan serta menyuarakan pengalaman wanita sudah jadi tema tidak berubah- ubah yang terlihat dalam catatan Janmohammed, dari Love in a Headscarf- sebuah biografi individu yang diterbitkan pada tahun 2009- hingga memoar berusia muda dari pemenang Wimbledon Serena Williams pada tahun 2020.
Dengan BeYOUtiful, Janmohamed berkata kalau ia menghabiskan banyak durasi buat berasumsi mengenai gimana perempuan dipersepsikan, serta gimana melafalkan apa maksudnya jadi seseorang perempuan.“ Semacam apa sepatutnya seseorang perempuan nampak dengan cara visual? Siapa yang menyudahi? Serta gimana perempuan dapat menerangkan diri mereka sendiri? Dari lensa seperti itu aku datang… serta sehabis menciptakan diri aku dalam periklanan, yang mempunyai kedudukan kokoh dalam membuat gagasan kita mengenai adat, spesialnya perempuan, aku terkini mengetahui kalau kecantikan tidaklah perihal yang sepele ataupun cetek.”
“ Apa yang aku simpulkan merupakan kalau kecantikan serta riset mengenai kecantikan itu sendiri ialah pelacakan yang pantas,” tambahnya.“ Aku mau para wanita memandang kalau itu tidak tunggal. Tidak terdapat ilham senantiasa. Serta dengan ekspansi, oleh sebab itu, tidak terdapat buah pikiran tunggal yang tentu mengenai apa maksudnya jadi seseorang perempuan.”
Skintastic
Dalam satu bagian bertajuk Skintastic, yang menerangi selebritas dengan” titik kecantikan yang istimewa”- seperti bercak- bercak Meghan Markle( kerap disikat dengan airbrush) serta model Kanada- Jamaika Winnie Harlow, yang mengidap vitiligo( sesuatu situasi yang menimbulkan bintik- bintik lenyapnya pigmentasi pada kulit)- Janmohamed pula mangulas gimana sisa cedera merupakan wujud koreksi dari insiden mencekam, serta dengan cara galat diamati selaku cacat.
“ Kala kulit cacat semacam cedera serta cedera bakar, beliau mempunyai keahlian luar lazim buat membenarkan dirinya sendiri. Kulit gawat nampak berlainan serta kita menyebutnya sisa cedera,” jelasnya dalam novel itu.“ Anehnya, sangat banyak narasi serta film yang menyangkutkan sisa cedera dengan penjahat. Sementara itu, sisa cedera sesungguhnya merupakan ciri lain dari kulit superhero Kamu. Seluruh ini merupakan bagian dari cerita istimewa yang dikisahkan kulit Kamu mengenai Kamu. Serta menyayangi mereka merupakan bagian berarti dari menyayangi diri sendiri.”
“ Ini mengenai berupaya membalik ilham kita serta menguasai kenapa badan kita sedemikian itu luar biasa, serta narasi yang dikisahkan badan kita mengenai siapa kita sesungguhnya,” tuturnya.
Lukisan yang dikuratori dengan cermat
Catatan positif itu amat kontras dengan dunia yang dipakai oleh konsumen muda serta kerap kali merasakan titik berat besar dari alat sosial, di mana bentuk akhir kerap kali ialah hasil dari campuran pencerahan, penyuntingan, serta penapis. Dari” Wajah Instagram” sampai” Snapchat Dysmorphia”- obsesi memakai penapis buat melenyapkan kekurangan yang dialami di wajah ataupun badan seseorang- Janmohamed merasa berarti buat menarangkan gimana lukisan terbuat serta dikuratori di balik layar.
“ Aku mau membuktikan berapa banyak orang yang dibutuhkan buat membuat lukisan itu serta gimana bentuk diseleksi. Bukan cuma satu bentuk yang jadi ikon kecantikan. Banyak orang ikut serta dalam memilah siapa ia serta menatanya serta menghiasi mukanya, serta memakai seluruh berbagai perlengkapan peraga.
” Ratusan gambar hendak didapat serta dari itu, dipersempit jadi satu bentuk. Pada kesimpulannya, satu gambar diseleksi serta itu gambar yang bisa jadi hendak diedit. Jadi itu bukan representasi dari gimana orang itu nampak dengan cara jelas. kehidupan.”
Pemakaian layar dengan cara totalitas di golongan anak muda( umur 13- 18) serta anak muda( umur 8 sampai 12) bertambah 17 persen sepanjang endemi COVID- 19— berkembang lebih kilat dari 4 tahun lebih dahulu, bagi survey yang diterbitkan bulan kemudian oleh Common Sense Alat, suatu badan studi nirlaba AS. Tetapi yang lebih membahayakan merupakan kenaikan pemakaian alat sosial di golongan kanak- kanak umur 8 sampai 12 tahun di program semacam Instagram, Snapchat, serta Facebook, walaupun program sejenis itu mewajibkan konsumen paling tidak berumur 13 tahun.
“ Impian kita bisa jadi kalau alat sosial merupakan bayangan jelas dari seseorang perempuan ataupun seseorang wanita,” imbuh Janmohamed.“ Namun apalagi di alat sosial, terbebas dari realitas kalau itu diawali kala banyak orang membuktikan kehidupan jelas mereka, bisa jadi terdapat banyak perihal yang tidak bisa Kamu amati.”
Sisi Islam – Berita dan Gaya Hidup Muslim tentang: BeYOUtiful: Membantu gadis- gadis merasa percaya diri di dunia airbrush.