Idul Fitri Bukan Soal Baju Baru, Tetapi Tentang Ketakwaan Dan Ketaatan

oleh -3990 Dilihat
Idul Fitri bukan soal baju baru, tetapi tentang ketakwaan dan ketaatan

Idul Fitri bukan soal baju baru, tetapi tentang ketakwaan dan ketaatan adalah artikel SISI ISLAM kali ini. Dimaksudkan untuk menumbuhkan kesadaran tentang makna berlebaran yang sesungguhnya.

Idul Fitri atau Lebaran merupakan hari raya umat Islam yang dirayakan setiap tahunnya setelah sebulan penuh berpuasa di bulan Ramadan. Hari ini menjadi momen yang paling ditunggu-tunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia karena selain sebagai hari raya, Idul Fitri juga menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga dan sanak saudara.

Namun sayangnya, dalam merayakan Idul Fitri, ada sebagian orang yang lebih memperhatikan hal-hal yang bersifat duniawi seperti baju baru, makanan lezat, atau menghabiskan uang untuk merayakan hari raya dengan mewah. Padahal, sejatinya, Idul Fitri bukanlah semata-mata soal hal-hal duniawi tersebut.

Terkait dengan hal tersebut kita bisa berpijak pada pendapat Ibn Rajab Al-Hanbali (Lata’if Al-Ma’arif, hlm. 231), seorang ulama Sunni dari abad ke-14. Beliau mengajarkan bahwa Idul Fitri bukanlah hanya tentang pakaian baru atau perayaan semata, tetapi lebih dari itu, Idul Fitri adalah tentang pemurnian jiwa dan peningkatan takwa kepada Allah SWT. Beliau menekankan pentingnya menjaga hati dan jiwa agar selalu bersih dan menghadap Allah SWT dengan kesucian dan ketakwaan. Pendapatnya tentang makna Idul Fitri sering dikutip oleh para ulama dan pengajar agama Islam untuk mengingatkan umat Islam tentang makna sebenarnya dari Idul Fitri.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO RESUME CONTENT

لَيْسَ الْعِيدُ لِمَنْ لَبِسَ الْجَدِيدَ، إِنَّمَا الْعِيدُ لِمَنْ تَقَطَّعَتْ قُلُوبُهُمْ، وَتَفَرَّقَتْ أَرْوَاحُهُمْ، وَتَوَلَّدَتْ نَفْوُسُهُمْ عَنِ الْأَبَاطِيلِ، وَتَصَافَتْ لِلَّهِ تَعَالَى، وَصَلَّتْ لَهُ الْجَدَائِلُ

Idul Fitri bukanlah bagi orang yang hanya berpakaian baru, sesungguhnya Idul Fitri adalah bagi orang yang hatinya terputus, jiwanya tercerai-berai, dan jiwa mereka dibersihkan dari kebatilan, dan mereka bersih dari kesalahan-kesalahan, dan mereka menghadap Allah SWT, dan jiwanya memenuhi keutamaan-keutamaan.

Sedangkan pendapat lain yang juga sering dikutip para muballigh ketika berbicara tentang makna Idul Fitri adalah:

لَيْسَ الْعِيدُ بِلَبَاسٍ جَدِيدٍ، إِنَّمَا الْعِيدُ بِقُلُوبٍ جَدِيدَةٍ

Idul Fitri bukanlah dengan berpakaian baru, sesungguhnya Idul Fitri adalah dengan hati yang baru.

Pendapat ini sesuai dengan pemahaman Islam yang mementingkan nilai-nilai spiritual dan moral daripada sekadar penampilan fisik. Pemahaman ini juga sejalan dengan prinsip-prinsip ajaran Islam yang menekankan pentingnya pemurnian hati dan menjaga kebersihan jiwa untuk mencapai ketaqwaan dan kesucian.

Baca Juga:  Enzo Sternal Dikeluarkan dari Timnas Prancis U-16 Setelah Selebrasi Gol yang "Kontroversial"

Idul Fitri seharusnya menjadi momentum bagi umat Islam untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Seperti yang tercantum dalam Al-Quran Surah Al-Baqarah ayat 183, “Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertakwa”.

Puasa Ramadan yang telah dilalui selama satu bulan penuh seharusnya memberikan manfaat yang besar bagi setiap orang yang melaksanakannya. Dalam berpuasa, seseorang dilatih untuk mengendalikan diri dari hawa nafsu dan keinginan-keinginan yang berlebihan. Oleh karena itu, setelah melewati bulan Ramadan, kita harus mampu mempertahankan ketakwaan dan ketaatan yang telah kita kembangkan selama berpuasa.

Dalam merayakan Idul Fitri, seharusnya kita juga ingat akan pentingnya memberikan zakat fitrah. Zakat fitrah adalah zakat yang dikeluarkan setiap orang muslim pada saat Idul Fitri sebagai tanda syukur atas nikmat sehat yang diberikan Allah SWT. Dalam hal ini, kita diajarkan untuk peduli kepada sesama yang membutuhkan dan saling berbagi.

Dengan demikian, Idul Fitri seharusnya bukan menjadi momen untuk menunjukkan kekayaan dan kemewahan, namun lebih kepada momen untuk meningkatkan ketakwaan dan ketaatan kepada Allah SWT. Merayakan Idul Fitri dengan hati yang bersih dan penuh rasa syukur serta saling berbagi dengan sesama akan memberikan kebahagiaan yang lebih besar daripada hanya memikirkan hal-hal yang bersifat duniawi semata. Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir dan batin.

Baca Juga:  Hafidz Indonesia Juara MTQ di Arab Saudi, Raih Hadiah Rp700 Juta Setelah Mengalahkan 166 Peserta

Selain itu, Idul Fitri juga menjadi waktu yang tepat untuk mempererat tali silaturahmi antara keluarga dan sanak saudara. Dalam Islam, menjalin hubungan yang baik dengan orang tua, kerabat, dan tetangga adalah hal yang sangat dianjurkan. Oleh karena itu, Idul Fitri dapat dimanfaatkan sebagai momentum untuk mempererat hubungan tersebut.

Namun, sayangnya, dalam merayakan Idul Fitri, seringkali muncul fenomena yang disebut dengan istilah “lebaran kebun binatang”, yaitu kerumunan orang yang berbondong-bondong untuk melihat atau menunjukkan diri di tempat-tempat umum seperti mal, pusat perbelanjaan, dan tempat wisata. Fenomena ini tentu saja bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan untuk memperhatikan keselamatan dan kesehatan diri sendiri dan orang lain.

Selain itu, dalam merayakan Idul Fitri, kita juga harus menghindari perilaku yang bersifat merusak lingkungan. Sebagai umat Muslim, kita memiliki kewajiban untuk menjaga alam dan lingkungan hidup agar tetap lestari dan tidak rusak. Oleh karena itu, kita harus memperhatikan cara kita merayakan Idul Fitri, misalnya dengan tidak membuang sampah sembarangan atau membeli bahan makanan yang berlebihan sehingga menghasilkan limbah yang berpotensi merusak lingkungan.

Dalam merayakan Idul Fitri, kita juga harus tetap memperhatikan protokol kesehatan agar terhindar dari penyebaran virus COVID-19. Kita harus mengikuti anjuran pemerintah dan menghindari kerumunan serta menghindari aktivitas yang berpotensi menimbulkan risiko penyebaran virus. Hal ini sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan untuk menjaga kesehatan dan keselamatan diri sendiri dan orang lain.

Baca Juga:  BeYOUtiful: Membantu gadis- gadis merasa percaya diri di dunia airbrush

Dalam kesimpulannya, Idul Fitri bukanlah semata-mata soal baju baru dan hal-hal yang bersifat duniawi, namun lebih kepada momen untuk meningkatkan ketakwaan, ketaatan, dan mempererat tali silaturahmi dengan keluarga dan sanak saudara. Merayakan Idul Fitri dengan hati yang bersih, saling berbagi, dan memperhatikan lingkungan dan protokol kesehatan akan memberikan makna yang lebih dalam dan bermakna.

Demikian artikel tentang Idul Fitri bukan soal baju baru, tetapi tentang ketakwaan dan ketaatan dari SISI ISLAM – Berita dan Gaya Hidup Muslim. Semoga bermanfaat!

QS. Fussilat (41) : 46

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا فَلِنَفْسِهٖ ۙوَمَنْ اَسَاۤءَ فَعَلَيْهَا ۗوَمَا رَبُّكَ بِظَلَّامٍ لِّلْعَبِيْدِ ۔

Barangsiapa mengerjakan kebajikan maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri dan barangsiapa berbuat jahat maka (dosanya) menjadi tanggungan dirinya sendiri. Dan Tuhanmu sama sekali tidak menzalimi hamba-hamba(-Nya).

----------
Al-Qur'an lengkap

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *